MADURA DAN WARGA NU KEHILANGAN DUA PELITA

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
      Saudaraku, mari kita syukuri anugrah Allah ‘Azza wa Jalla, karena atas karunia dan kasih sayang-Nya kita sehat afiat dan dapat melaksanakan aktifitas. Semoga Anda tidak lupa meniatkannya untuk ibadah kepada Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah pada baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau. Semoga kita selalu mendapatkan kemudahan dalam semua urusan kita.
      Inna liLlahi wa inna ilaihinraji’un. Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nya kita akan kembali. Saudaraku, hari ini saudara-saudara kita kaum Muslim dan warga Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia hari ini Sabtu (15/7/2017) kehilangan dua pelita dalam waktu yang hampir bersamaan. Pelita yang jadi penerang umat itu adalah ulama besar di Madura, telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Pertama, KH.A.BASYIR ABDULLAH SAJJAD , Pengasuh Ponpes Guluk-guluk Sumenep Madura yang juga Rois Syuriah PCNU Sumenep, dan kedua, KH.ABD. MANNAN FADHOLI , Pengasuh Ponpes MIFTAHUL QULUB POKAGAN Pamekasan, juga Rois Syuriah PCNU Pamekasan.
       Rasanya tidak perlu diragukan, bwliau berdua dipanggil Allah SWT dalam keadaan husnul khatimah. Semoga Allah menempatkan dalam golongan para Shiddiqin, Syuhada’, dan Shalihin.
       Maut al-‘alim mautu l-‘alam. Artinya “matinya orang alim adalah matinya alam dunia”. Ini yang perlu menjadi pembelajaran bagi kita semua orang awam yang juga merindukan hidup yang bermanfaat bagi umat seperti beliau-beliau. Karena Rasulullah saw mengingatkan kita:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا. (أخرجه البخاري في باب كيف يقبض العلم)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan”. (Ditakhrij oleh Imam Al-Bukhari dalam bab bagaimana ilmu itu dicabut).
       Sebagaimana kita fahami bersama, bahwa para Ulama yang baik yang layak menjadi panutan umat yang baik (qudwah hasanah) merupakan pilar penting bagi tegak dan kokohnya kehidupan dunia. Rasulullah saw menegaskan:
عن ابن عباس ، وقد ذكره السيوطي في الجامع الصغير بهذا اللفظ:  صنفان من الناس إذا صلحا صلح الناس وإذا فسدا فسد الناس: العلماء والأمراء.
Riwayat dari Ibnu Abbas, As-Suyuthi menyebutkan dalam al-Jami’ ash-Shaghir dengan redaksi ini : “Dua kelompok manusia apabila keduanya baik maka baiklah manusia, dan apabila keduanya rusak, maka rusaklah manusia”.
       Dalam riwayat yang lain lagi, Rasulullah saw menjelaskan bahwa ulama bertugas untuk mencerdaskan umat. Kalau ulama sudah tidak ada, maka umat akan ditimpa kebodohan.
Rasulullah saw bersabda :
قوام الدنيا بأربعة أشياء : علم العلماء , وعدل الأمراء , وسخاء الأغنياء , ودعاء الفقراء , فلولا علم العلماء لهلك الجاهلون , ولولا عدل الأمراء لأكل الناس بعضهم بعضاً , ولولا سخاء الأغنياء لهلك الفقراء , ولولا دعاء الفقراء لهلك الأغنياء .. فأيّ الفرقاء أهمّ بنظرك .؟
“Kokohnya kehidupan dunia dengan empat hal, yaitu: ilmunya ulama, keadilan para pemimpin (umara’), kedermawanan orang-orang kaya, dan doanya orang-orang fakir. Maka seandainya tidak ada ilmunya ulama sungguh rusaklah orang-orang yang bodoh, sekiranya tidak ada keadilan para pemimpin sungguh sebagian manusia akan memakan sebagian manusia lainnya, dan sekiranya tidak ada kedermawanan orang-orang kaya sungguh rusaklah orang-orang fakir, dan sekiranya tidak asa doanya orang-orang fakir, sungguh akan rusaklah orang-orang kaya”. Maka kelompok mana yang menurut Anda?
      Saudaraku, karena itulah maka kita perlu memiliki pemikiran dan pemetaan, agar sampai di negeri kita ini kehilangan dan kehabisan ulama. Atau sesungguhnya ini adalah bagian dari “peringatan” Allah kepada bangsa ini, agar  para “ulama” atau setidaknya yang sudah diposisikan sebagai ulama, dapat menjaga diri mereka tetap istiqamah dalam khiththah ulama yang menjadi panutan ummat.
Di tengah makin munculnya ulama-ulama “karbitan” dan ulama yang “susah diikuti” karena serangan atau fasilitasi kepentingan-kepentingan politik, maka wafatnya dua ulama besar tersebut adalah “mauidhah” yang tidak perlu bicara.
      Semoga pembelajaran wafatnya dua ulama tersebut, mampu menyadarkan kita semua, utamanya para Ulama untuk menjadi panutan dan pelita umat, agar mereka tidak tersesat di jalan yang salah, yang tidak diridlai Allah ‘Azza wa Jalla. Marilah kita doakan para Ulama kita yang masih hidup, senantiasa diberi kesehatan oleh Allah, istiqamah hidup mereka, dan konsisten menjadi pengayom umat.
Allah waliy al-taufiq ila sabili l-haqq.
Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Perjalanan Bandarlampung-Bandara Raden Intan, Lampung, 15/7/2017.
Categories:

Silahkan Hubungi Kami