ULANG TAHUN, MILAD, MAULID, DAN UMUR MANUSIA

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
     Saudaraku, mari kita tidak pernah bosan untuk senantiasa mensyukuri anugrah, nikmat, dan karunia Allah. Allah ‘Azza wa Jalla telah melimpahkan keberkahan pada kita, hari ini kita sehat, keluarga kita sehat, dan kita dapat memulai aktifitas kita. Apapun pekerjaan kita, sepanjang itu menjadi jalan rizqi kita yang halal, mari kita niatkan beribadah kepada Allah. Semoga semua menjadi indah dan menyenangkan.
Shalawat dan salam, mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah Muhammad saw, keluarga, para sahabat, dan pengikut beliau. Semoga kasih sayang Allah untuk beliau meluber kepada kita semua.
       Saudaraku, terima kasih yang sudah mendoakan saya, alhamdulillah hari ini, umur saya bertambah, memasuki usia ke lima puluh delapan. Kalau Rasulullah saw, oleh Allah diberi umur 63 tahun, seandainya itu standar-Nya, maka tinggal lima tahun lagi. Akan tetapi usia kita tidak ada yang mengetahui karena itu adalah rahasia Allah.
      Ajal atau kematian ketika saatnya datang, tidak bisa diajukan atau ditunda. Kematian tidak meminta syarat harus usia tua. Kematian juga tidak meminta syarat harus sakit. Dan bahkan fakta menunjukkan angka kematian di dunia ini, termasuk di Indonesia, adalah dari anak-anak muda. Soal jalan kematian juga, tidak ada yang tahu, meskipun biasanya jalan kematian itu mengikuti kebiasaan amal perbuatan yang dilakukannya. Itupun tetap menjadi rahasia Allah.
      Saudaraku, bertambahnya umur, berarti makin pendek jarak kita dengan kematian. Karena itu, siapa saja yang berulang tahun, sering teman-teman menyebut milad, atau kalau untuk Rasulullah saw kita — tentu yang setuju — menyebut dengan maulid, orang Jawa menyebut mauludan. Karena Rasulullah saw lahir di bukan Rabiul Awal, maka dalam penanggalan Jawa disebut dengan bulan maulud. Biasanya yang menjadikan Rasulullah saw, sosok idola, teladan, dna mencintai beliau, dan tidak menganggapnya bid’ah, atau kalau menganggap bid’ah, adalah bid’ah hasanah, mereka mengadakan acara shalawatan dengan diisi membaca sejarah beliau, yang ditulis oleh Syeikh al-Barzanji, baik yang uraian (natsar), ada yang membaca Shalawat ad-Dibaiyah, dan lain sebagainya.
      Namun pengaruh budaya Barat, acara syukuran milad, ulang tahun, atau peringatan maulid, diganti dengan potong kue tart, yang di atasnya dinyalakan lilin yang menandakan umur orang yang berulang tahun, kemudian ditiupnya, dan setelah itu makan-makan. Bedanya, jika perayaan ulang tahun model tiup lilin dan potong kue tart ini, sepertinya tidak ada yang mempersoalkannya sebagai bid’ah. Sementara ketika ada yang membaca shalawatan dengan irama dan lagu, banyak orang berkomentar bahwa itu adalah bid’ah. Bahkan ketika dalam membaca shalawat disebut kata “sayyidina” saja sudah “marah”  karena dianggap bid’ah.
      Saudaraku, bertambah umur, adalah peringatan pada kita untuk, senantiasa bersyukur. Atau melatih kita untuk pandai bersyukur. Rasulullah saw mengingatkan kita:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ( لا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ) رواه أحمد وأبو داود والبخاري
Dari Abu Hurairah ra, sesunggunya Nabi saw bersabda: “Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan al-Bukhari).
       Dalam riwayat yang lain disebutkan,
وورد في رواية الترمذي عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (مَنْ لمْ يشْكُر النَّاسَ لَمْ يشْكُر الله) رواه الترمذي
Dalam riwayat At-Tirmidzi dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda: “Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah” (Riwayat at-Tirmidzi).
      Mengapa kita harus bersyukur kepada sesama? Ini mengingatkan kita supaya sadar sepenuhya, kita bisa hidup seperti yang kita jalani, kita rasakan, dan kita nikmati, adalah karena bantuan orang lain. Karena itu, tidak sepatutnya kita tinggi hati, takabbur, dan angkuh. Kita ini hamba Allah yang tidak ada bedanya dengan debu, tanah, atau lumpur, yang itu merulakan jatidiri ciptaan kita. Dan kita dengan bertambahnya umur kita, berarti proses menuju kembali kepada tanah, juga makin dekat dan makin dekat. Maka di tengah kesyukuran kita itu, kita makin “miris”, karena perbekalan dan persiapan kita untuk menghadap-Nya belum cukup. Karena kecukupan bekal kita, pada wilayah manusia tergantung kita. Soal penilaian dan penghakiman atau ganjaran, kita hanya menggantungkan kemurahan dan pertolongan Allah Jalla wa ‘Ala.
      Rasulullah saw mengingatkan kepada kita, agar kita juga tidak mengandalkan amalan atau perbuatan kita. Beliau bersabda:
 (كم من عمل يتصور بصورة أعمال الدنيا و يصير بحسن النية من أعمال الاخره , وكم من عمل يتصور بصورة أعمال الاخرة , ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية)
Banyak dari amalan (seseorang) menggambarkan dengan gambaran amalan dunia dan menjadi amalan akhirat karena baik niatnya, dan banyak dari amalan (seseorang) yang menggambarkan amalan akhirat kemudian menjadi amalan dunia karena buruk niatnya”.
      Allah menyampaikan ucapan selamat kepada Nabi Yahya as:
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا. مريم ١٥
“Kesejahteraan atas dirinya (Yahya) pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan oada hari ia dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam: 15).
Juga dalam ayat berikut:, Allah menyampaikan ucapan selamat kepada Nabi Isa bin Maryam:
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا مريم  ٣٣
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hati aku menjnggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam: 33).
      Saudaraku, termasuk yang hari ini merayakan ulang tahun, mari kita bersyukur, terus bersyukur kepada Allah, bersyukur kepada orang tua kita, berbakti kepada mereka. Kalau mereka sudah wafat, kita doakan mereka dimudahkan dan dilapangkan kuburnya oleh Allah. Kuburnya dijadikan sebagai taman surga. Mari kita ikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, berusaha bertutur kata yang baik, bertetangga dengan baik, kita sisihkan rizqi untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan, kita tingkatkan ibadah ritual dan sosial kita, untuk perbekalan kita, kita berusaha makin rendah hati, tawadlu’, dan makin mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar kita mampu melakukan amal sosial yang bermanfaat bagi orang lain.
       Ulang tahun, milad, atau maulid, adalah etape waktu, atau tahapan waktu, untuk menyadarkan kita semua, agar menyadari bahwa hidup di dunia ini, akan ada batas waktunya yang sama-sama kita tidak mengetahuinya secara pasti. Semoga kita dikaruniai oleh Allah umur yang panjang dan amal perbuatan kita juga semakin baik, dan atas kasih sayang Allah, kita digolongkan ke dalam hamba-hamba-Nya yang terbaik. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (خير الناس من طال عمره وحسن عمله) رواه الترمذي لأن الإنسان كلما طال عمره في طاعة الله زاد قرباً إلى الله وزاد رفعة في الآخرة؛ لأن كل عمل يعمله فيما زاد فيه عمره فهو يقربه إلى ربه – عز وجل
Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang panjang umurnya dan baik amalannya” (Riwayat at-Tirmidzi). Manusia, menurut al-Juraisy dan Saad Hamid, ketika panjang umurnya dalam ketaatan kepada Allah, akan bertambah kedekatannya kepada Allah, dan bertambah “tingginya” di akhirat, karena semua amal yang ia kerjakannya dalam hal-hal yang menambah umurnya akan mendekatkannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla (alukah.net).
       Selamat ulang tahun, selamat milad, selamat maulid, semoga sehat afiat dan panjang umur, semoga Allah memberikan kesuksesan keberuntungan, dan keberkahan pada teman-teman yang merayakannya.
     Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Swissbelhotel, Bandarlampung, 14/7/2017.
Categories:

Silahkan Hubungi Kami