NASEHAT BERHARGA DARI WAFATNYA KH. MUSTAGHFIRI ASROR

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
      Saudaraku, mari kita syukuri anugrah dan karunia Allah, yang kita tidak mampu menghitungnya. Semoga Allah melindungi kita dalam keadaan sehat afiat dan dapat meningkatkan amal shaleh kita, guna memupuk ketaqwaan kita, sebagai bekal hidup kita yang paling berharga di akhirat nanti. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau. Semoga kasih sayang Allah pada beliau meluber pada kita.
     Inna liLlahi wa innaa ilaihi raaji’un, sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya (QS. Al-Baqarah: 156). Hari ini, tepat di hari Jumat, 7 Juki 2017, bertepatan dengan tanggal 13 Syawal 1438 H, sahabat, guru, senior, dan aktifis Masjid Raya Baiturrahman, dan pegiat di Ittihadul Muballighin, Drs. KH. Mustaghfiri Asror, dijemput oleh malaikat Izrail atas panggilan Allah untuk disambut di hadapan-Nya dalam keadaan husnul khatimah.
       Saudaraku, almarhum sebelum sakit berkomunikasi dengan saya menyampaikan terima kasih, karena putra ragil almarhum Dr. Hatta Abdul Malik, telah menyelesaikan jenjang pendidikan tingginya, S3, di UIN Walisongo, karena saya dianggap “berjasa” dalam proses penyelesaian studi putranya. Sudah barang tentu, saya hanya bisa menjawab dengan doa, semoga ilmunya bermanfaat, bagi nusa, bangsa, dan agama, dan tetap berbakti kepada kedua orang tuanya.
       Kematian adalah awal kehidupan panjang di akhirat. Saya hanya mendoakan, semoga almarhum diampuni dosanya, disayangi Allah, dimaafkan kesalahannya, dan surga Allah dijadikan sebagai tempat kembalinya. Rasulullah saw mengingatkan kita : “كفى بالموت واعظا “, artinya “Cukuplah kematian menjadi nasehat (mau’idhah) (bagi Anda)”.
       Kematian adalah nasehat yang tidak bicara. Dan nasehat yang berbicara adalah Al-Qur’an.
Allah mengingatkan kepada kita, bahwa kematian jkka saat datang, tidak bisa dimajukan dan tidak bisa ditunda.
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ. يونس ٤٩
Katakanlah : “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudlaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah”. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tisak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan-(nya)” (QS. Yunus:49).
 Dalam surat al-Jum’ah ayat 8 Allah menegaskan:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa hang telah kamu kerjakan”.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِندِ اللهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِندِكَ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ اللهِ فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Inu adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana, mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi Allah”, maka mengapa orang-orang tidak memahami pembicaraan sedikitpun” (QS. An-Nisa’: 78).
       Saudaraku, mari kita bertanya pada hati, fikiran, dan diri kita masing-masing. Apakah kita sudah siap bekal kita ketika ajal menjemput? Boleh jadi hanya orang sombong dan takabbur saja, yang menjawab “siap”. Amal kita yang tidak seberapa, kita lebih sering menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, kita beribadah dalam keadaan serba cepat, sementara dalam urusan pekerjaan kita bisa berlama-lama, setiap saat kita nyaris tidak mampu menghindari dosa, malam-malam yang hening, sering kita biarkan berlalu tanpa shalat tahajud, dzikir, dan bermunajat ke hadapan Allah, lalu apa bekal apa yang siapkan untuk kehidupan abadi di akhirat nanti? Sementara dzikir, pun, belum bisa banyak kita lantunkan, apalagi sampai berdzikir di berbagai keadaan, berdiri (qiyaman), duduk (qu’udan), dan berbaring (‘ala junubihim). Karena kita lebih sibuk dengan smartphone kita, membaca Al-Qur’an pun sangat berat, meskipun dalam smartphone kita sudah tersedia. SubhanaLlah.
      Saudaraku, kita dapat melajaran (mauidhah) yang sangat berharga dari dipanggilnya saudara kita Drs. KH. Mustaghfiri Asror. Beliau yang saya tahu adalah orang yang istiqamah hidupnya, qanaahnya sangat tinggi. Hingga wafatnya menjadi salah satu ketua pada Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Islam Masjid Raya Baiturrahman Semarang Jawa Tengah, setelah banyak periode menjadi ketua takmir Masjid Raya Baiturrahman.  Beliau sangat produktif menulis, dan banyak karya buku dan khutbah yang dibaca umat Islam di Jawa Tengah.
     Dengan wafatnya saudara dan guru kita, Drs. KH. Mustaghfiri Asror, kita mampu menangkap pesan dan nasehat berharga, agar kita bisa memanfaatkan sisa umur kita untuk berikhtiar dan memohon kepada Allah SWT, agar mengijinkan dan memberikan kesempatan kepada kita untuk senantiasa berucap dan berbuat yang terbaik dan bermanfaat bagi banyak orang.
     Selamat jalan saudaraku, saya dan semoga teman-teman saya mendoakan, semoga Allah menjadikan kubur Anda adalah sebagian dari taman surga, bukan ceruk dari ceruk neraka. Semoga Allah memberikan kemudahan, keringanan, dan membebaskan Anda dari cobaan dan siksaan di alam kubur, di alam barzakh, dan fitnah dunia dan akhirat. Semoga keselamatan dan kesejahteraan menyertai Anda, dan insyaa Allah pada saatnya, kita akan berjumpa.
       Alla a’lam bi sh-shawab.
Ngaliyan Semarang, 7/7/2017.
Categories:

Silahkan Hubungi Kami