HASAD, HASUD, DAN HANCUR

Published by achmad dharmawan on

Assalamualaikum wrwb.
       Saudaraku yang dimuliakan Allah, mari kita syukuri karunia dan anugrah Allah, yang telah dilimpahkan pada kita semua, yang taat dan yang maksiyat, yang mau belajar dan yang malas belajar, yang rendah hati maupun yang tinggi hati. Semoga kesyukuran kita menjadikan hati kita, masih layak disebut manusia, karena di dalam diri kita sudah dimasukkan “unsur” ilahiyah, karena sejatinya kita adalah suci (fitri). Dengan kita berpuasa sebulan penuh di bukan suci Ramadlan, maksudnya untuk mengembalikan “jatidiri” kita yang asli, karena sudah belepotan dan terbelenggu oleh dosa kesombongan, keangkuhan, dan kesewenang-wenangan yang menyertai posisi kita masing-masing.
      Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Baginda Rasulullah saw, keluarga, para sahabat, dan pengikut setianya. Semoga luberan kasih sayang Allah pada beliau, ikut membasahi dan mendinginkan kehidupan kita, sehingga mampu meredam panasnya api hasad dan hasud yang siap menghancurkan hidup dan kehidupan kita.
       Saudaraku, hasad dan hasud tampaknya menjadi perkara  sepele atau sederhana, tetapi menjadi demikian besar dampak atau pengaruh negatifnya. Mari kita simak secara seksama Firman Allah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ.  مِن شَرِّ مَا خَلَقَ.  وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ.   وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ.  وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki” (QS. Al-‘Alaq: 1-5).
       Ayat tersebut menggambarkan bahwa antara dengki, hasad, hasud, dan sihir, adalah kejahatan yang sudah lama ada, dan menghancurkan semua, baik yang menjadi kurban, maupun pihak yang melakukannya. Karena akal, hati, dan hidupnya sudah dikuasai oleh kejahatan hasad, yang menghasud orang lain. Dan ujungnya adalah menghancurkan kemuliaan martabat manusia dan kemanusiaan ini.
       Manusia diciptakan oleh manusia, seperti halnya makhluk lainnya, karena disertai dengan mati dan hidup, adalah untuk berkompetisi, berkontestasi, dan ujungnya bisa saling mematikan. Meskipun sebenarnya kompetisi dan kontestasi bagi manusia adalah bagian dari sunnatuLlah yang bertujuan agar manusia memiliki amal perbuatan yang terbaik (QS. Al-Mulk:2).
       Dalam kajian antropologi, disebut dengan homo homini lupus. Sebuah kalimat bahasa latin, artinya, manusia adalah serigala bagi sesama manusianya (Plautus dalam Asinaria (195 SM lupus est homo homini) (lihat id.m.wikipedia.org). Atau, manusia adalah serigalanya manusia.  Dalam bahasa sederhananya, manusia sering “memangsa” atau menikam sesama manusia lainnya.
       Manusia ketika kehilangan jatidiri kemanusiaannya, ia akan melakukan kekejaman  dan tega “memangsa” saudaranya sendiri. Bahkan kita sudah sering disuguhi berita kriminal, pembunuhan dengan mutilasi, dan lain-lain. Dulu ketika “masa kekuasaan” begitu otoriter, sempat muncul “tutur budaya” atau baca unen-unen (Jawa), “orang miskin yang dipikirkan, besok makan apa, atau lebih menyedihkan besok apa makan? Maka orang yang berkuasa pertanyaannya adalah, besok makan siapa?”
       Saudaraku, sifat dan sikap hasad dan hasud, bisa menimpa siapa saja, jika tidak terbangun fondasi iman, Islam, dan ihsan. Boleh jadi diri kita, belum bersih benar dari sifat dan sikap jahat tersebut. Tetangga mendapatkan rizqi, kota sakit hati, lalu dengan enteng menuduh tetangga “paling ngutang”, padahal seandainya benar, mereka sendiri yang mengangsur dan membayarnya. Tetangga atau teman dipromosikan pada jabatan tertentu, dibilang “paling nyogok” atau “nyuap”. Ada teman mutasi pada jabatan yang “lebih menjanjikan”, dibilang “pasti ada yang memback-up” alias “backingi”. Ada teman atau tetangga yang kekayaan dan pola hidupnya berubah dan meningkat drastis, dibilang “paling mengambil pesugihan”, dan masih banyak lagi.
       Sifat dan sikap hasad dan hasud, juga bisa menghinggapi, oknum lembaga yang boleh dikatakan “struktur lembaga atau bahkan negara”. Ramainya film pendek “Kau adalah Aku yang lain” yang memenangi Police Movie Festival 2017, yang mengundang kontroversi, hemat saya, adalah bagian dari sifat hasad dan hasud “struktural”, yang justru memicu kegalauan dan kegelisahan, bukan hanya bagi kelompok Muslim, tetapi juga organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang tersinggung, karena isinya tidak sesuai SOP IDI. Anehnya lagi, dewan juri memilihnya sebagai penerima award.
      ISIS atau Islamic State for Irak and Syria, adalah bagjan dari skenario besar untuk menghasud dunia, agar citra dan branding Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan menarik para akademisi dan pencari agama yang benar baik di daratan Eropa, Rusia, dan dunia lain, menjadi rusak, dengan tampilan ISIS yang mengaku pengikuti Islam Sunni tetapi prilaku mereka yang brutal, tidak manusiawi, dan bahkan anti prikemanusiaan. Dan boleh jadi ke depan, sifat dan prilaku hasad dan hasud ini, masih akan terus terjadi dan dirancang dengan rapi.
       Saudaraku, Rasulullah saw pernah mengingatkan, “akan datang suatu masa, di mana orang yang berkomitmen dengan agamanya, laksana menggenggam bara api di tangannya” ini sudah berada di depan mata kita. Karena itu, tidak ada pilihan lain, kecuali kembali kepada panduan dan petunjuk Al-Qur’an bagi yang Muslim, dan kembali pada ajaran kitab suci yang benar, bagi saudara-saudaraku yang beragama lain. Mari kita bangunkan hati dan fikiran kita, terutama saudara-saudaraku yang sedang menerima amanat jabatan apapun posisi Anda.
       Hidup di dunia ini, hanya sebentar sekali. Ibarat “orang yang melakukan perjalanan panjang, hanyalah “mampir ngombe” atau “singgah untuk minum” dan hatus melanjutkan perjalanan panjang, untuk menuju kehidupan abadi yang dirindukan oleh orang-orang yang berharap kehidupan bahagia yang sejati, yakni akhirat. Akhirat bukan hayalan atau ilusi, tetapi kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih abadi (QS. Al-A’la:17, adl-Dluha:4).
       Saudaraku, Rasulullah saw mengingatkan, kita dilarang hasad dan hasud kecuali dalam dua hal, pertama, iri pada orang yang telah diberi Allah (hafalan) al-Qur’an, hingga ia membacanya siang dan malam. Kedua, iri pada seseorang yang dikaruniai Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakan harta itu siang dan malam di jalan Allah” (Riwayat al-Bukhari, 4637, Muslim).
       Dalam riwayat al-Bukhari, “Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal, (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran, dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain” (No. 71, 1320).
       Karena itulah, mari kita berjuang atau berikhtiar, agar diri kita baik sebagai individu, warga masyarakat, dan warga bangsa dan negara, apalagi yang sedang diamanati jabatan baik sebagai aparat sipil negara, angkatan, kepolisian, pedagang, pengusaha, dan apapun profesi kita, untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sifat dan sikap hasad dan hasud. Karena itu hanya akan menghancurkan diri Anda dan orang-orang yang menjadi korban dari kejahatan dan kekejaman sifat dan sikap hasad dan hasud tersebut.
Mari kita sadarkan dan buang ego kita. Sebentar lagi mungkin Anda akan jatuh sakit, dan pasti membutuhkan orang lain. Tidak lama lagi, Anda tidak akan bisa lagi naik mobil yang termewah sekalipun, karena hanya mobil Ambulance atau kereta jenazah yang sudah menjadi SOP ujung perjalanan manusia. Anda tidak lagi bisa meremehkan saudara-saudara kita yang menggali kubur, karena justru mereka yang berjasa menyiapkan “rumah masa depan” kita, untuk menunggu datangnya hari kebangkitan, sebelum kita dihisab di akhirat nanti.
       Rasulullah saw mengingatkan pada kita, agar menjadi manusia yang terbaik. Caranya, kita berbuat yang terbaik dan sebanyak-banyaknya bermanfaat bagi orang lain”. Dalam bahasa Thomas Hobes dalam De Cive (1651), adalah Homo Homini Socius. Artinya, manusia adalah teman bagi sesama manusia. Meminjam bahasa Seneca, manusia adalah sesuatu yang sakral bagi sesamanya.
       Marilah kita resapi dan renungkan sabda Rasulullah saw:
عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما- عن النَّبيّ -عليه الصَّلاة والسَّلام- أنَّه قال: (أحبُّ الناسِ إلى اللهِ أنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وأحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سُرُورٌ يدْخِلُهُ على مسلمٍ، أوْ يكْشِفُ عنهُ كُرْبَةً، أوْ يقْضِي عنهُ دَيْنًا، أوْ تَطْرُدُ عنهُ جُوعًا، ولأنْ أَمْشِي مع أَخٍ لي في حاجَةٍ أحبُّ إِلَيَّ من أنْ اعْتَكِفَ في هذا المسجدِ، يعني مسجدَ المدينةِ شهرًا، ومَنْ كَفَّ غضبَهُ سترَ اللهُ عَوْرَتَهُ، ومَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، ولَوْ شاءَ أنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ مَلأَ اللهُ قلبَهُ رَجَاءً يومَ القيامةِ، ومَنْ مَشَى مع أَخِيهِ في حاجَةٍ حتى تتَهَيَّأَ لهُ أَثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يومَ تَزُولُ الأَقْدَامِ، وإِنَّ سُوءَ الخُلُقِ يُفْسِدُ العَمَلَ، كما يُفْسِدُ الخَلُّ العَسَلَ)”.
Riwayat dari Abdillah bin Umar ra., Nabi saw bersabda: “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya), amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah, adalah membahagiakan orang Islam lainnya, atau membukakan bebannya, melunaskan utangnya, menghilangkan kelaparannya, membantu kebutuhan saudaranya lebih dicintai daripada i’tikaf di masjid (masjid Madinah) selama satu bulan, barang siapa bisa menahan marahnya Allah akan menutup auratnya, orang yang dapat menahan emosinya, seandainya melewatkannya, Allah akan memenuhi hatinya dengan pengharapan hati kiamat, barangsiapa berjalan bersama dan menyenangkan saudaranya, Allah akan menetapkan kedua telapak kakinya, di saat para telapak kaki pada bergeser-geser, dan seburuk-buruk akhlak adalah merusak amal perbuatan, seperti cuka merusak madu” (Riwayat al-Albani).
       Mengakhiri renungan ini, marilah kita ikuti nasihat dan petunjuk Rasulullah saw, mari kita buang jauh-jauh sifat dan sikap hasad, hasud, karena itu hanya akan menghancurkan diri kita sendiri dan juga orang lain. Terlebih Anda yang menerima amanat rakyat, berlakulah adil, insyaa Allah dengan sikap adil dan keadilan kita masing-masing kita akan merasakan ketenteraman dan kebahagiaan. Sebelum menyesal tiba, dan sebelum ajal menjemput kita. Semoga Allah senantiasa menunjukkan kita ke jalan yang benar yang diridlai-Nya.
       Allah a’lam bi sh-shawab.
Wassalamualaikum wrwb.
Ngaliyan, Semarang, 1/7/2017.
Categories:

Silahkan Hubungi Kami